“Hadist Tentang Doa
Iftitah”
Doa
iftitah itu sesungguhnya bukan terbatas pada dua saja versi saja, akan tetapi
ada banyak sekali versinya. Yang penting, semua versi itu bersumber dari
petunjuk nabi Muhammad SAW. Sebab doa iftitah itu bagian dari rangkaian ibadah
shalat, sedangkan shalat itu harus merujuk kepada yang dicontohkan oleh beliau
SAW.
Sedangkan
Rasulullah SAW telah menetapkan bahwa dalam perkara shalat, setiap muslim harus
merujuk kepada contoh dari beliau, sebagaimana sabda beliau:
صلوا
كما رأيتموني أصلي
“Shalatlah kalian sebagaimana
kalian melihat aku shalat”.
Ada
beberapa macam jenis doa istiftah yang dibaca oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam dan sahabatnya, berdasarkan riwayat-riwayat yang shahih.
Berikut
ini macam-macam doa istiftah yang shahih, berdasarkan penelitian Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah terhadap dalil-dalil doa istiftah,
yang tercantum dalam kitab beliau Sifatu Shalatin Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam:
Pertama
اللَّهُمَّ
بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ، كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ،
اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ،
اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالبَرَدِ
“Ya Allah, jauhkanlah antara aku
dan kesalahan ku sebagaimana Engkau telah menjauhkan antara timur dan barat. Ya
Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran.
Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju, dan air dingin” (HR.Bukhari
2/182, Muslim 2/98)
Doa
ini biasa dibaca Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam shalat fardhu.
Doa ini adalah doa yang paling shahih diantara doa istiftah lainnya, sebagaimana
dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari (2/183).
Kedua
وَجَّهْتُ
وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا، وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ،
إِنَّ صَلَاتِي، وَنُسُكِي، وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ،
لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ، اللهُمَّ أَنْتَ
الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي، وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي،
وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا، إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ
إِلَّا أَنْتَ، وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا
أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ،
لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ،
أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat
yang Maha Pencipta langit dan bumi sebagai muslim yang ikhlas dan aku bukan
termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan
matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu
bagiNya. Oleh karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan aku termasuk orang
yang aku berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang
berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha Terpuji. Engkaulah
Tuhanku dan aku adalah hambaMu. Aku telah menzhalimi diriku sendiri dan akui
dosa-dosaku. Karena itu ampunilah dosa-dosaku semuanya. Sesungguhnya tidak ada
yang bisa mengampuni segala dosa melainkan Engkau. Tunjukilah aku akhlak yang
paling terbaik. Tidak ada yang dapat menunjukkannya melainkan hanya Engkau.
Jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup
menjauhkannya melainkan hanya Engkau. Aka aku patuhi segala perintah-Mu, dan
akan aku tolong agama-Mu. Segala kebaikan berada di tangan-Mu. Sedangkan
keburukan tidak datang dari Mu. Orang yang tidak tersesat hanyalah orang yang
Engkau beri petunjuk. Aku berpegang teguh dengan-Mu dan kepada-Mu. Tidak ada
keberhasilan dan jalan keluar kecuali dari Mu. Maha Suci Engkau dan Maha
Tinggi. Kumohon ampunan dariMu dan aku bertobat kepadaMu” (HR. Muslim 2/185 –
186)
Doa
ini biasa dibaca Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam shalat fardhu dan
shalat sunnah.
Ketiga
اللَّهِ
أَكْبَرُ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا مُسْلِمًا
وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ
الْمُسْلِمِينَ، اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ
وَبِحَمْدِكَ
“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat
yang Maha Pencipta langit dan bumi sebagai muslim yang ikhlas dan aku bukan
termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan
matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu
bagi-Nya. Oleh karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan aku termasuk orang
yang aku berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang
berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha Terpuji”. (HR. An
Nasa-i, 1/143. Di shahihkan Al Albani dalam Sifatu Shalatin Nabi 1/251)
Tiga
lafaz doa ifititah ini adalah pilihan-pilihan yang secara bebas boleh kita
pakai. Tanpa harus menyebutkan bahwa kalau versi tertentu adalah lafadz milik
NU atau Muhammadiyah atau milik Persis.
Sebab
ketiga ormas Islam itu tidak dibedakan berdasarkan perbedaan lafadz doa
iftitahnya. Ketiga ormas itu baru lahir di abad ke-20, sedangkan hadits-hadits
nabi tentang doa iftitah sudah ada sejak abad ke-7, yaitu pada saat Rasulullah
SAW masih hidup.
Hadits-hadits
yang berbeda itu tidak boleh dijadikan bahan perpecahan atau saling menyalahkan
di kalangan umat Islam. Bolehlah setiap kita menguatkan satu hadits dari hadits
lainnya, terutama bila dia seorang muhaddits yang layak berbicara sesuai dengan
disiplin ilmu yang dikuasainya.
Namun
penilaian dan kritik sanad hadits itu bukan untuk bahan saling mencaci sesama
kaum muslimin. Apalagi berkembang sampaisaling menuduh sebagai tukang bid’ah
dan semua tudingan yang bukan-bukan. Perbuatan seperti jelas diharamkan Allah
SWT, oleh Rasulullah SAW dan juga oleh para ulama hadits itu sendiri.
Bahkan
sebenarnya kesunnahan doa ifititah pun tidak mutlak disepakati oleh semua ulama.
Paling tidak ada pendapat Al-Malikiyah yang menolak kesunnahannya. Namun meski
ada perbedaan di kalangan ulama, kita tidak pernah menyaksikan mereka saling
menzalimi di antar mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar