Sabtu, 18 Juni 2016

Sejarah Kebudayaan Islam di "Kenya"



Kenya pernah diperintah oleh dinasti Arab (Oman) selama dua abad sejak tahun 1720, hingga masuknya orang-orang Portugal, Jerman dan Inggris. Negara ini berbatasan dengan Somalia, Ethiopia, Sudan, Uganda, dan Tanzania. Dengan luas wilayah 582.650 km2, dan beriklim tropis, Kenya mempunyai penduduk sekitar 31.639.091 orang, dan 96% berasal dari penduduk asli Afrika, terbagi dalam 56 suku. Angka pertumbuhan penduduk rata-rata 1,27% per-tahun, angka kelahiran 28,81 dan angka kematian 16,01 per-seribu. Jumlah penganut Islam hanya 10%, sedangkan Kristen Protestan 45%, Katholik 33%, Animisme 10%.Bahasa nasional mereka adalah Inggris dan Kiswahili atau Swahili.
Berdasarkan sensus tahun 1999, penduduk Kenya berjumlah 28,7 juta jiwa, dan satu dari tiga penduduk Kenya adalah Muslim. Mereka dapat ditemukan di tenga-tengah ras, suku dan daerah di seluruh Kenya. Namun, mereka paling banyak mendominasi daerah pantai, hal ini karena pengaruh Kesultanan Zanzibar pada abad ke-18 yang telah menyebar sampai ke Kenya.
Sebelum kedatangan bangsa Eropa di Kenya, Islam telah hadir di sana dan mewarnai kebudayaan Kenya, khusus di daerah pantai , utara dan beberapa daerah pedalaman yang dilewati oleh kereta api yang dibangun oleh muslim Asia. Peradaban Islam juga telah merasuk dalam dunia pendidikan, hukum dan bahasa, semisal bahasa Swahili yang menjadi bahasa nasional Kenya.
Semasa masa kolonial Inggris, pertumbuhan dan perkembangan Islam di Kenya terhambat, karena kegigihan pihak kolonial dan gereja untuk mengubah system pendidikan di Kenya, yang mengakibatkan pihak Muslim frustrasi. Ummat Islam Kenya kembali ke pendidikan Madrasah dan hal ini membuat mereka tertinggal hampir sembilan abad dari para penganut Kristen.
Karena politik berat sebelah yang diterapkan oleh kolonial, akhirnya ummat Islam di Kenya terpuruk dan menjadi miskin, mereka hanya menguasai sebagian kecil pangsa ekonomi Kenya. Keberadaan ummat Islam di Kenya semakin terpuruk setelah terjdi pemboman Kedubes Amerika Serikat di Nairobi pada tahun 1998 yang menewaskan 213 orang, termasuk di dalamnya 12 orang warganegara Amerika. Kejadian serupa juga terjadi pada Hotel Paradise milik Israel di Kekambala, Mombasa, Kenya pada tanggal 28 Nopember 2003 yang lalu, yang menewaskan 16 orang orang, termasuk di dalamnya 3 orang penyerang Hotel Paradise. Tentu saja rentetan pemboman di Nairobi, Dar Es Salaam, World Trade Centre New York dan di Mombasa sangat meruntuhkan moral ummat Islam di Kenya dan Tanzania, karena mereka terkena imbas dituduh sebagai ‘terorist’. Atas kejadian-kejadian tersebut, pemerintah Kenya memberikan tekanan-tekanan kepada para pemimpin islam Kenya selama 3 bulan.
Namun tokoh-tokoh Islam di Kenya menolak kebijakan pemerintah Kenya tersebut dan mereka tak mau tinggal diam. Suara keras dikumandangkan oleh Abdulghafur al-Busaidy, Ketua The Supreme Council of Kenya Muslims (SUPKEM). Perbuatan pemboman dan pembunuhan terhadap orang-orang yang tak berdosa dan pengrusakan fasilitas umum adalah serangan terhadap kehidupan dan itu adalah perbuatan teroris, sekaligus musuh Islam Kenya. SUPKEM juga menyatakan bahwa Islam di Kenya cukup kuat, karena jumlah penduduk Islam di Kenya semakin meningkat, menurut sensus 2003 berjumlah sebanyak 35%, bukan 10% sebagaimana dicatat oleh CIA.
Tekanan-tekanan serupa juga dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat terhadap komunitas Muslim di propinsi North Eastern Kenya. Hal ini sebagaimana diungkap dalam surat terbuka tertanggal 15 Desember 2003 yang dikirim oleh Sheikh Hussein Ibrahim Burale dan Sheikh Muawiyah Mahmood dari Supreme Council of Kenya Muslims Garissa District  dan Council of Imams and Preachers Garissa District.. Surat terbuka tersebut berisikan protes-protes keras mereka terhadap ketidakadilan yang diciptakan oleh Amerika Serikat meyusul pemboman terhadap Kedubes mereka. Meraka juga memprotes atas ucapan Barbara dan pendeta Franklin Graham yang menyebut bahwa Islam adalah agama teroris sekaligus jahat. Banyak-banyak tokoh-tokoh muslim yang dipenjara karena dikategorikan sebagai pendukung teroris. Kedua tokoh tersebut juga memprotes usaha pemurtadan ummat Islam agar menjadi pemeluk Kristen selama 40 tahun terakhir.
Mayoritas pengusaha di Kenya memperbaharui produk mereka dengan menempelkan sertifikat halal. Hal ini dilakukan untuk menarik pangsa pasar masyarakat Muslim yang berkembang di negara Afrika Timur itu.“Para pengusaha di Kenya mulai menyadari komunitas Muslim merupakan segmen penting dari masyarakat Kenya,” kata Hussein Jibril, seorang akuntan, seperti dikutip kantor berita Xinhua (15/1).
Dikatakannya, kebanyakan kaum Muslim menaanti ajaran agama mereka dalam menjalani kehidupan mereka, termasuk bagaimana pergi ke sekolah, apa yang mereka makan, dan bagaimana cara berpakaian. Gaya hidup Islami itu, menurut Hussein, telah lama diabaikan oleh para pengusaha Kenya. ”Tetapi kini mereka tidak bisa lagi mengabaikannya,” tegasnya.Logo halal kini marak di toko-toko dan tempat makan, termasuk di sebuah restoran terkenal di Nairobi, Kenchic Inn; restotan cepat saji Galito, dan toko roti Inn Baker.
Sertifikasi halal diberikan kepada produk yang telah mengalami pemeriksaan oleh Biro Kenya urusan Sertifikasi Halal (KBHC). Produk telah dinyatakan halal jika standarnya memenuhi hukum dan syariah Islam. Sudah sekitar 150 perusahaan yang telah disertifikasi oleh KBHC.Booming idustri halal di Kenya tidak lepas dari perkembangan Islam di negeri Afrika itu. Kepala Dewan Muslim Kenya belum lama ini menyatakan, kini  lebih banyak warga Afrika yang memeluk Islam setiap hari. “Masa depan cerah bagi Islam di Afrika. Sangat mungkin, Islam akan menjadi agama paling banyak dipeluk di benua ini,” papar Abdul Ghafur Bu Saedi.Abdul mengatakan, banyak suku di Afrika menaruh minat dalam membaca dan menghafal Alquran. Itu terlihat dari jumlah lembaga Islam di Afrika yang terus meningkat. “Anda lihat saja hari Jum’at, banyak orang yang datang ke Masjid di seluruh Kenya. Mereka lalu bersyahadat, belajar shalat dan membaca Alquran,” ujarnya.
Islam dibawa ke Kenya oleh dua orang kepala suku Arab asal Oman bernama Sa’id dan Sulaiman. Jumlah Muslim di Kenya dikabarkan terus bertambah, meski masih posisi minoritas. Jumlah mereka sekitar 10% dari 39 juta total penduduk atau sekitar 3,9 juta orang.
Pantai Kenya sebagian besar dihuni oleh umat Islam. Ibu kota Kenya, Nairobi, memiliki beberapa masjid dan penduduk muslim terkemuka. Data lain (Wikipedia) menyebutkan, umat Islam berjumlah sekitar 4.3 juta jiwa atau hampir 11,2% dari total penduduk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar